Rss Feed

KECEWA

       Sudah satu tahun aku menjajaki masa SMA. Kata orang, masa SMA adalah masa terindah. Dimana kisah kasih terjalin bahagia di masa ini. Kisah asik dan unik persahabatan akan terasa disini. Mungkin benar bagi sebagian orang. Bagiku, entahlah… aku tak merasakan sesuatu yang spesial di masa ini. Sama saja. Sama ketika aku memulai sekolah dari TK, SD, SMP, hingga menjajaki masa ini.     

    Aku mempunyai teman. Bahkan bisa dikatakan banyak. Akan tetapi tak ada yang bisa menjadi pendengar setia seperti buku harianku. Tak ada yang bisa dijadikan tempat ternyaman ketika aku menangis seperti kasurku. Tak ada yang selalu disampingku ketika aku butuh pelukan selain gulingku. Aku banyak mempunyai teman, tetapi bukan sahabat. Aku banyak menemukan pria baik yang mengatakan dia menyukaiku, tetapi tak ku terima sebagai kekasihku.    

     Aku tertutup? Tidak! Kata teman-temanku aku friendly, supel, smiles readily, and sooo simple. Kalian boleh bertanya kenapa aku tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan menganggap seseorang menjadi sahabat ketika seorang teman berlaku baik denganku. Kalian juga boleh menerka-nerka, mengapa aku tidak mudah menerima seorang pria baik untuk dijadikan sandaran hati. Jawabannya simple. Baik bukan berarti dia tulus. Aku tidak mencari orang baik, tetapi aku mencari orang tulus.     

     “Gue bener-bener suka sama lo Fris”, Riko menunduk. Dia mematung disampingku. ini bukan yang pertama kalinya aku mengalami seperti ini. Menolak cinta dari seorang pria yang tak bersalah.     

    “Gue masih nggak mau pacaran Rik”, Aku menarik napas. Kulihat gurat kekecewaan di wajah Riko.     

    “Maafin gue ya Fris. Gue cuman mau lo itu tau kalo gue tulus. Tapi sepertinya gue nggak bisa membantah komitmen lo yang belum mau pacaran. Gue berkali-kali nembak lo dan nggak pernah lo terima. Gue nggak pernah kecewa kok Fris. Gue cuman bisa doa, biarlah cinta di dalam hati lo datang dengan sendirinya karena terbiasa”, Riko berusaha tersenyum. Mungkin hatiku sudah sekeras batu, nggak pernah sama sekali luluh dengan sikap rendah hati si Riko yang sudah berkali-kali nembak aku.      

   Sejak saat itu, Riko tak pernah lagi mengutarakan perasaannya kepadaku. Saat ini, aku sudah kelas XII. Sungguh sama sekali bukan kejutan kalau aku tidak pernah mempunyai pacar di sekolah ini. Tak apa, bukan urusanku dan bukan urusan kalian. Akan tetapi, seperti ada perasaan aneh ketika Riko tak pernah mengatakan sesuatu itu lagi padaku. Ada perasaan kehilangan? Entahlah. Mungkin.Hari ini Ujian Nasional telah berakhir. Akhirnya beban yang ada di kepala ini terlepas sudah. Aku ingin cepat-cepat segera pulang untuk tidur seharian di rumah. Saat aku menghampiri motorku yang ada di parkiran sekolah, aku mendapati sosok Riko disana.   

  “Friska…”  

   “Ya?”   

   “Gue minta maaf ya kalo selama ini gue banyak salah sama lo”   

   “Banyak salah apa? Nggak ada kok Rik. Santai aja”     

   “Ya udah, makasih kalo gitu ya Fris”, Riko tersenyum. Dia mengulurkan tanganya. Dengan sedikit ragu aku menyambut salamannya. Aku merasakan tangannya dingin. Salaman yang tak lazim pada umumnya. Salaman Riko sangat erat. Dia meremas tanganku begitu kencang namun tetap berusaha untuk tidak menyakitiku. Salaman itu berlangsung sekitar tiga puluh detik, matanya tak lepas dari wajahku. Ah, aku menjadi risih. Salah tingkah.     

     “Ah maaf, Friska…” Riko melepaskan genggamannya. Dia langsung menunduk, membuang muka, seraya berlalu pergi.   

     “Rik”, Refleks aku memanggil Riko. Aku menutup mulutku, seakan menyesali apa yang telah kulakukan.    

    “Ya?”, Riko menoleh. Masih dengan pandangan yang sama ketika dia memandangku ketika bersalaman tadi.     

    “Aku juga minta maaf ya”, Aku tersenyum pada Riko, dibalas dengan senyum manis Riko. Riko berlalu meninggalkanku.     

    Aku memegang tangan kananku yang tadinya dalam genggaman Riko. Aku tersenyum.Aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur terempukku. Rasanya lelah sekali setelah menguras otak selama 4 hari ini. tiba-tiba di tengah lamunanku, aku teringat ketika Riko menyalami tanganku. Rasanya aku ingin mengulang detik-detik itu. Aku tak tahu perasaan apa ini. Apakah aku sudah mulai jatuh cinta pada lelaki itu? Tidak mungkin kalau menurutku. Aku mencoba memejamkan mata untuk menghilangkan penat yang ada dipikiranku. Selang beberapa saat, aku sudah berada di dunia mimpiku. Tengah kudapati Riko berjalan membelakangiku. Aku memanggilnya berulang kali namun tak digubrisnya sampai bayangan itu hilang dari indera penglihatanku.      

     Mataku kembali terbuka. Aku mencoba mengumpulkan ingatanku. Mimpi itu. Riko. Riko yang membangunkanku dari tidurku. Ah, aku benci jika harus seperti ini. Inikah jatuh cinta? Aku membenci jatuh cinta jika begini jadinya. Aku terjaga dari keterlelapanku hanya karena mimpi seperti itu. Pikiranku tak bisa berpikir jernih bila Riko memenuhi dinding pikiranku. Aku tersenyum sendiri saat melihat tangan kanan yang pernah dalam genggaman Riko. Aku benci jatuh cinta jika seperti ini jadinya! Aku mesti mengambil tindakan cepat. Aku harus menjauhkan perasaan ini secepatnya!     

    Aku sangat bersyukur perasaan ini muncul setelah Ujian Nasional berakhir. Jadi, aku tak akan bertemu dengan Riko setiap hari. Mungkin ini akan mempercepat proses melupakannya. Aku jadi ingat ketika betapa jahatnya aku menolak dan jual mahal kepada Riko ketika dia menembakku. Aku pun tak ingat berapa kali dia mencoba, mencoba, dan tak pernah jera menyatakan perasaannya kepadaku.    

    Ada yang merusak pemandangan di pandangan mataku. Riko sedang berjalan berdua dengan Bella di gramedia yang kini tengah kukunjungi. Terlihat jelas dipandangan mataku mereka begitu hangat dan akrab. Kulihat Bella tertawa renyah saat bercanda dengan Riko. Aku jengah melihatnya. Ingin sekali kutampar Riko. Tapi apa hakku? Aku bukan kekasihnya. Bukankah aku yang menolaknya kemarin-kemarin? Aku merasa kecewa. ternyata Riko tak akan memperjuangkan perasaannya lagi padaku. Aku bersegera untuk segera bergegas pulang. Aku tak ingin sosokku dilihat oleh Riko. Aku tak ingin Riko melihat gurat kekecewaan di wajahku. Pemandangan itu cukup menyayat hatiku. Aku harus melupakan Riko. Harus. Dia sudah berhenti memperjuangkan aku. Sungguh lucu jika aku yang harus melanjutkan perjuangannya agar cinta kami bisa bersatu.   

   Hari ini adalah hari perpisahan di sekolah kami. Aku berjanji, hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan sosok Riko. Mama Nampak berhati-hati memoles wajahku yang jarang menggunakan make up. Aku tidak sabar bagaimana nanti bentuk wajahku yang menggunakan make up. Aku berharap aku bisa tampil secantik mungkin di hari pertemuan terakhir kami ini.Acara perpisahan berakhir sukses dan mengharukan. Aku bersalam-salaman dan berpelukan kepada teman-temanku. Hingga sosok Riko muncul dihadapanku.   

    “Fris”, Lelaki itu Nampak mengulurkan tangannya. Segera aku mengulurkan tanganku untuk membalas salamannya, namun tak selama seperti kemarin selesai UN. Aku segera melepaskan genggaman tangannya dan segera berlalu pergi.    

    “Friska…” Riko mengejarku dan kembali berdiri dihadapanku.    

    “Apa lagi sih?”    “Ini…” Riko menyodorkan sebungkus kado padaku.    

    “Apaan sih?” Aku menyilangkan kedua tangan di dadaku. Berusaha tak peduli pada Riko.    “Kenang-kenangan” Katanya menunduk.    

    “Kenang-kenangan? Apa lo pantas gue kenang? Nggak kan?”    

    “Mungkin aja kan setelah ini kita gak bakal ketemu lagi?”    

    “Haha. Iya. Nggak bakalan ketemu lagi kok. Lo kan udah punya yang baru. Ngapain lo ketemuin gue lagi? Haha”    

     “Maksud lo yang baru apa sih Fris?”    

     “Lo nggak nyadar?” Aku mengernyitkan dahi. Mengambil sodoran bingkisan yang masih di tangan Riko, lalu membuangnya jauh ke tengah jalan raya. “Yang baru, BELLA!”, Kataku menekankan kata Bella di kalimatku seraya berlalu pergi meninggalkan Riko pergi. Riko tak langsung mengejarku. Dia berbalik berlawanan arah dariku. Sepertinya dia ingin memungut bingkisan itu. Dan… bunyi yang keras sungguh membisingkan telingaku. Aku berbalik arah, ingin melihat apa yang menyebabkan bunyi yang mengejutkan itu. Sungguh pemandangan mengharukan. Riko.     

      Kubaringkan Riko dipahaku. Aku menangis sejadinya. Kepala Riko penuh darah. Dia tertabrak truk yang melintas di depannya ketika Riko berusaha mengambil bingkisan yang ku buang.    “Bella kemarin yang menemaniku mencari hadiah yang ada di bingkisan ini s..say..yang”, Riko membelai lembut pipiku. Tangannya tak sehangat tadi ketika tangannya dan tanganku saling berjabat. Dingin. Aku terkejut mendengar ungkapan itu. Ternyata aku salah paham dengan yang aku lihat kemarin. Riko memejamkan matanya. Dia menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuanku.     

     Aku membuka bingkisan dari Riko. Isinya boneka dan tape recorder. Di tangan boneka itu, ada sebuah kaset. Aku mencoba memasukkan kaset itu ke dalam tape recorder.    “Untuk Friska widyanti… makasih ya udah terima hadiahnya. Makasih banyak udah nyentuh bonekanya. Maaf ya kalau lo tidak suka. Inipun milihnya udah minta pilihin sama cewek biar pas gitu seleranya hehe. Oh iya, meskipun sayang gue nggak pernah lo terima, boleh dong boneka ini lo terima. Meskipin gue nggak pernah bisa nempatin posisi terbaik di hati lo, boleh dong kalo boneka ini nempatin posisi terbaik di kamar elo. Hehe. Makasih ya Fris, udah mau menerima kadonya. Bukan maksud untuk mengejar dan meminta perhatian kamu kok, cuman buat kenang-kenangan aja. Kali aja habis ini kita nggak bisa ketemu lagi. Ya kan? Hehe. Udah dulu ya Fris, takutnya gendang telinga lo rusak kepanjangan denger rekaman suara gue. Hahaha. El o ve e ye o u”      

    Air mataku mengalir deras. Aku kecewa. akan tetapi aku tak tahu harus kecewa kepada siapa. Aku ingin kecewa kepada Riko yang terlalu cepat beranjak dari kehidupanku. Aku ingin kecewa pada Riko yang tak bisa lagi menyambut hatiku. Akan tetapi, aku juga kecewa kepada diriku sendiri yang terlalu tinggi hatinya selama ini mengabaikan perasaan Riko. Aku kecewa. namun harus kulampiaskan pada siapa? Sekarang aku hanya sendiri. Ditemani oleh kecewa yang tak bertepi.

Cerpen Karangan: Mutia 

Blog: http://thiaputra.blogspot.com twitter : @tiabcd_z

Facebook : Thiia Habibatul Husna

SAHABAT SELAMANYA

     Disana terlihat dua orang anak perempuan yang kelihatan bahagia. Mereka tertawa dan bercanda berdua. Ternyata mereka berdua adalah sahabat. Mereka berdua mernama Adell dan Airin. Mereka takkan terpisahkan. Adell dan airin sudah saling kenal sejak kecil. Mereka berdua tdk pernah terpisah. Mereka sekelas bahkan satu bangku.
Pagi harinya di sekolah…


    “Rin……” sapa Adell. Tapi yang biasanya mereka sangat akrab, sekarang berubah terbalik. Airin tidak menjawab sapaan Adell. Dia hanya pergi menjauh dari Adell sambil merintih seperti menangisi sesuatu. Adell sangat bingung, airin adalah sahabat nya tapi mengapa dia berubah menjauhi Adell.


     Dikelas mereka berdua hanya diam diaman. Airin hanya memandangi wajah Adel dengan mata yang berkaca kaca. Saat Adell menyapanya, dia hanya meneteskan air mata. Dia gak mau bicara apa masalah nya, padahan Adell itu sahabatnya. Hingga suatu hari bangku Airin kosong, dia pindah ke bangku dipojok kelas yang jauh Dari Adell. Apa yang terjadi dengan nya?. Dia bukan Airin yang seperti biasanya.Apakah Airin marah pada Adel?. Tapi gak mungkin. Soalnya Adel itu sahabatnya. Adell gak mau sahabat satu satunya pergi.Adell takut Airin arah padanya. Adelpun meletakkan secarik surat kecil di depan rumah Airin. 


Surat itu tertulis…….

      Airin….. kamu marah ya sama aku. Kalo aku salah bilang aja aku bakal minta maaf sama kamu. Sorry ya sebagai sahabat aku gak bias jadi seperti yang kamu inginkan. Kalo kamu udah gak mau jadi sahabatku lagi aku gak bakal marah, tapi hati kecilku ini tetap sedih kalo kamu gak mau jadi sahabatku lagi. Kuharap kamu cepat membalasnya

 Dari Adell


      Adell selalu memeriksa kotak surat di depan rumah nya, berharap ada surat balasan dari Airin. Tapi hasilnya selalu nihil. Gak ada satu surat pun di kotak surat tua itu. Adell sudah tak sanggup menunggu lagi. Dimalam yang dingin ini dia langsung berjalan cepat menuju rumah Airin. Adell tak bisa berhenti sebelum sampai di rumah Airin. Tiba tiba langkah nya berhenti mendadak tepat di tujun nya, rumah Airin. Adell melihat Airin sedang menangis di depan jendela sambil memegang surat dari Adell. Disitu terlihat Adell kebingungan, kenapa Airin nangis baca surat dari Adell???.


       “Airin……..”teriak Adell dari depan rumah Airin. Tapi disitu Airin malah pergi. Dan tak terlihat lagi Airin di depan jendela. Adell pun pergi dengan langkah pelannya dan sekali kali menoleh ke belakang mengharapkan Airin keluar dari rumah nya.
Keesokan harinya, di papan absen tertulis nama “Airin”. Adell pun menoleh kearah bangku Airin yang jauh darinya. Ternyata benar, Airin gak masuk. Sekarang di hari hari Adell udah gak ada canda dan tawa lagi bersama Airin. Mungkin Airin “udah punya sahabat yang lebih baik dari ku”pikir Adell.


       Adell sangat tidak bersemangat melangkah pulang kerumah nya. Biasanya Adell pulang sama Airin. Sekarang Adell hanya sendrian. Disitu terlihat Adell sudah hampir meneteskan air mata kesepian.


       Sesampainya di rumah, Adell melihat ada surat di dalam kotak surat depam rumahnya. Adell pun membuka kotak surat tua itu perlahan lahan, dan mengambil surat di dalam nya. Disitu Adell sangat terkejut, itu surat dari Airin.

Surat itu tertulis……

     Maaf ya Dell, Aku bukan gak mau jadi sahabat kamu lagi. Cuma setiap aku ngeliat kamu, rasanya pengen nangis. Aku bakal pergi ke luar kota. Aku sedih setiap ngeliat kamu, soalnya kita bakal berpisah lama. Mungkin kalo sudah satu tahun aku pergi kamu bias jemput sku di bandara, itu juga kalo kamu gak lupa sama aku. Bentar lagi aku mau berangkat ke bandara, selamat tinggal

Dari Airin


     Belum sempat Adell ganti baju, Adell langsung lari ke rumah Airin. Adell lihat, rumah Airin kosang. Tiba tiba terdengat suara mobil. Suara mobil itu terdengar dari garasi Airin. Tiba tiba mobil Airin keluar dari garasi dan didalam nya ada Airin yang melambaikan tangan pada Adell. “Selamat tinggal Adell, semoga satu tahun kedepan kita masih bias bertemu” teriak Airin semakin mengecil.


     Semejak itu Adell sering terlihat menyendiri. Adell terlihat kesepian tanpa Airin yang biasa menemani nya. Adell tak sabar satu tahun berlalu. Hingga penantiannya pun tercapai. Sudah satu tahun berlalu. Tidak lupa Adall segera menuju bandara. Adell terus menunggu tanpa ada kata lelah. Waktupun terus berjalan, sudah dua puluh empat jam Adell menunggu, tapi gak ada tenda tanda dari Airin.


      Keluarga Adell udah kebingungan mencari Adell. Semua tempat kesukaan Adell udah di cari, tapi Adell tetap gak ketemu. Orang tua Adell gak berfikir mencari Adell ke bandara.


      Tiga hari tiga malan Adell menunggu. Hingga Akhirnya Adell putus asa. “mungkin Airin udah gak mau kembali lagi” pikir Adell. Dengan langkah kecilnya Adell pun mencoba berjalan pulang. Dengan sedikit tenaga yang Adell miliki, akhirnya Adell bias pulang. Adell langsung disambut senang oleh keluarganya.


      “Sayang… kamu kemana aja? Kok gak pulang pulang?? Mama ambilin teh ya??” Tanya mama bertubi tubi. Adell hanya bias menganggukkan kepala. Beberapa menit kemudian mama datang dengan memegang secangkir teh. Tapi, tiba tiba teh itu terjatuh. Disitu Adell sudah tergeletak di lantai. “sayang….sayang bangun kamu kenapa?”ucap mama kebingungan. Ternyata Adell udah gak ada. “Adell jangan tinggalin mama, mama sayang Adell”teriak mama sambil menetaskan air mata.


     Adell pun di makamkan di sebelah makam mewah. “selamat tinggal ya sayang, semoga kamu tetap inget sama mama. Mama tetap doain kamu, mama bekal terus sayang kamu walau gak bias mama ucapkan langsung di depan mu mama tetap selalu ada buat kamu sayang GOOD BYE FOREVER” ucap mama di depan makan Adell. Ternyata makam meweh di sebelah makam Adell itu………. Makam Airin. Airin sudah meninggal karena kecelakaan pesawat. Gak ada yang bisa ngabarin Adell soalnya semua keluarga Airin tewas dalam kecelakaan pesawat itu. Walau begitu mereka tetap Abadi menjadi sahabat walau gak dibumi lagi.**TAMAT**


PROFIL PENULIS

Nama : Monica Sucianto

Kelas : 6 SD

Add fb: monica sucianto

Dikutip dari: http://www.lokerseni.web.id/2013/01/sahabat-selamanya-cerpen-persahabatan.html#ixzz2jDGjh3T6

MUNGKIN NANTI

     Matahari mulai mendaki kaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makluk bumi. Tak begitu panas, namun cukup hangat hingga membuat orang malas keluar rumah lantaran takut kena sinar UV. Namun bagiku itu adalah anugrah, karena dengan begitu aku bisa nyuci baju yang belum aku cuci seminggu dan menumpuk di pojok kamar kecil kosan ku.

     Aku Vika, sejak awal masuk kuliah di Universitas Jember aku tak pernah punya kenalan cowok yang cocok di hatiku buat jadi pacar plus driver buatku. Yahhh…. Akhirnya gini deh, kemana-kemana harus on foot with my soulmate, Tiara. Tapi gag papa, karena temenku yang satu ini gokil banget, waaupun sebenernya kita udah sahabatan dari awal masuk SMK, tapi kegokilannya jadi makin parah setelah masuk kuliah ini.


     Tak kusangka nomor nyasar dua hari yang lalu menjadi awal dari cerita ini. Awalnya sih dia kirim message ke aku. Akunya sih biasa aja, kan emang dasarnya cewek cuek-cuek gitu. Padahal kalo’ dicuekin balik pasti gag mau.
“Mau aku jemput gag..?? mau yaa.. yaaa..yaaa… sekalian ketemuan gitu”, katanya lewat sms yang dikirim ke my cell phone setelah aku bilang kalo’ aku lagi di bus, habis mudik. Dan aku iya’in aja. 

    Kan lumayan dapet ojek gratis. Hehehe…
    Ketika aku turun dari bus aku bingung yang mana orangnya, karena ini adalah pertama kita ketemu semenjak kita chat lewat message seminggu yang lalu. Dan di seberang jalan tepat arah jam dua belas aku melihat sesosok tubuh sedang menunggu. Mungkinkah dia..??
    “Vika yaaa…,” katanya sambil menghampiriku.
    “Iya… kamu Findra ta…??” sahutku kemudian.
Lalu dia menjabat tanganku seperti orang maaf-maafan pas lebaran. Aku tertawa dalam hati. Akupun berfikir kekonyolan macam apa ini hingga membuatku salah tingkah seperti ini. Tanpa ku sadari aku senyam-senyum sendiri tak tau apa yang sedang ku fikirkan.
   “Thanks ya… dah nganterin jemput and nganterin aku ke kosan..” kataku sesampainya di depan pintu gerbang kosanku yang agak mewah itu.
   “Oke… kalau butuh apa apa hubungi aku, jangan sungkan sungkan…” jawabnya sambil melontarkan senyuman.

   Dan Findra pun berlalu pulang. Namun benakku masih merekan jelas bayangannya. Tak kusangka dia orangnya baik, enak diajak ngomong, lucu, nyambung, and yang terpenting aku ngerasa nyaman didekatnya. Duuhhh… kok jadi aneh gini sih aku..
   “Kenapa kamu senyam-senyum gitu, kesambet setan darimana loe chuy…”, celetuk sahabatku Tiara yang tiba tiba muncul di hadapanku.
   “Gila loe, aku kaget nie..” sahutku.

    Aku pun berlalu meninggalkannya yang masih melongo kayak kebo di depan pintu kamar gara gara heran lihat aku senyum senyum. Mungkin dia baru sadar kalau senyumanku ini bisa mengalihkan dunianya. Dan itulah yang terjadi, dunianya beralih menjadi dunia yang penuh tanda tanya.
Lama lama aku kasihan juga melihat sahabatku, dari tadi aku saksikan wajahnya menyimpan pertanyaan. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan apa yang membuat aku seperti ini. Dan dia Cuma melongo, dan kali ini dia gag kayak kebo tapi lebih parah lagi, dia kayak sapi ompong yang gag punya gigi. Namanya aja ompong jelas aja gag punya gigi, dasar oon gue.

    Tiga hari kemudian aku diajak nonton sama Findra. Setelah nonton kita berdua dinner, terus muterin alun-alun gag jelas tujuannya sambil ngobrol gag jelas juga. Lalu kita berhenti di kedai ice cream cone kesukaanku and Tiara. And disitu dia nyatain perasaannya sama aku. Dia nembak aku. Dan aku langsung kena tembakannya. Jadi malam itu aku jadian sama dia. 
Seminggu berlalu, dan aku punya rencana nyomblangin Tiara sama sepupunya Findra, Herma namanya. Dua hari kemudian mereka jadian. Dan itu tandannya aku berhasil jadi mak comblang. Wahh, jadi kayak kontak jodoh aja nih aku.
“Besok mudik gag chuy..??” Tanya Tiara sepulang dinner sama Herma.
“Kasih tau gag yaaa…” celetukku menggodanya.
“Hhhmmm… kalo’ pulang sih ayo bareng aja, soalnya aku mau dianterin Herma, ntar kamu sama Findra yaaa…” terangnya kemudian.
Aku berpikir sejenak, lalu manggut manggut pertanda setuju.

    Waktu mudik pun tiba. Sudah biasa bagi anak kos seperti kami selalu pulang saat week end tiba, jika nggak punya uang. Tapi kalo’ masih full kantongnya kami hanya menunggu next week end. Namun mudik kali ini akan lebih panjang karena seminggu full kita libur untuk minggu tenang. Suara sepeda motor yang berhenti di depan gerbang kosanku membuatku harus cepat cepat keluar, karena aku tau kalo’ itu Findra and Herma driver and co driver kami. Hehehe.

    Dan benarlah bahwa mereka telah siap untuk mengantar para putri ke istana. Akhirnya kamipun meluncur menuju ke terminal Pakusari, tempat dimana aku dan Tiara biasa menunggu bus. Sesampainya di terminal kami berempat saling chatting. Findra pacarku, asyik ngobrol dengan sahabatku Tiara tanpa menghiraukan keberadaanku dan Herma. Namun aku tak curiga sedikitpun, karena aku percaya sahabatku tak mungkin menyakitiku.

    Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan kami pun berpisah. Setelah aku dan Tiara masuk ke dalam bus, Tiara cerita tentang apa yang dia omongin sama Findra tadi. Sahabatku ini memang selalu terbuka denganku. Apapun yang ia rasakan entah itu sedih atau bahagia, pasti dia selalu menceritakannya padaku.

    Suatu sore setelah dua hari aku berada di rumah, Tiara memberi tau aku kalau dia putus sama Herma. Aku tanyai apa alasannya putus, dan dia menjawab kalau ternyata Herma sudah punya pacar. Aku jadi ngerasa bersalah sama dia, karena aku yang menyomblangkannya dengan Herma. Tapi aku berusaha menenangkan diri dan mencoba menghibur sahabatku itu. Akhirnya diapun merelakan hubungannya yang harus kandas secepat itu.

    Tak kusangka kalau putusnya Sahabatku dan Herma akan berimbas padaku. Dua hari kemudian Tiara memberitahuku sebuah berita yang sebenarnya tak ingin kudengar, karena itu sungguh membuatku muak. Sebenarnya aku tak mau mengingatnya, tapi karena aku harus bercerita padamu jadi terpaksa deh ku buka kembali memori otakku untuk mengingat kata kata itu. Dan inilah kata-katanya lewat message yang dikirimkan padaku..
    “Chuy kamu ngerasa aneh gag sih sama Findra..?? masa’ dia bilang gini ke aku… I LOVE YOU..”
    Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Findra. Walau aku tau sahabatku tak mungkin menghiraukan kata-kata itu. Namun aku ngerasa Findra memang bukan untukku dan dia kayaknya gag beneran sayang sama aku. Buktinya dia masih ngelirik sahabatku. Bahkan disaat statusnya masih pacaran denganku dia berani bilang LOVE pada sahabatku sendiri.

PROFIL PENULIS
Nama : Titin Dewi J.P
Facebook : thychothevylietax64@facebook.com

Apa sih Galau itu?

      Sering kali pelajar mengucap kata GALAU, sebenarnya apa sih artinya galau ? ya curhatan pelajar kali ini akan mengambil topik GALAU.           

       Sebelum cerita panjang lebar mengenai galau, Aku beritahu dulu apa sih artinya galau ? Galau sebenarnya sebuah singkatan dari kata “Gelisah Antara Lanjut Atau Udahan”.            

       Menurut jawaban di atas Galau dapat diartikan sebagai perasaan bimbang saat kita pacaran mau putus atau melanjutkan hubungan. Terkadang banyak anak remaja sekarang salah mengartikan kata GALAU. Putus cinta katanya GALAU, Cinta ditolak katanya GALAU. Sebenarnya mereka salah mengartikan kata GALAU tersebut. Mungkin mereka kira GALAU itu rasa gelisah karena nggak ada atau nggak punya pasangan.  Jika kamu cari – cari kata GALAU di mbah GOOGLE pasti kamu akan menemui banyak sekali kata kepanjangan dari galau berikut kata yang pernah saya temukan :


-          GOD ALWAYS LISTENING AND UNDERSTANDING
-          GAK ADA LOE AKU UNTUNG


      Yah mungkin sampai disini penjelasan ku tentang kata GALAU. Kalian terserah mau mengartikan kata galau tersebut yang penting kita sebagai pelajar indonesia jangan GALAU deh.. nggak enak. Yang penting tetap SEMANGAT.. ! ^_^

Kenapa harus ada UTS ?

          Hello ! pada postingan Curhatan Pelajar pertama ini saya akan mengambil sebuah topik yaitu UTS ( Ujian Tengah Semester ).            

          Ya akhir – akhir ini para pelajar baik sd, smp, maupun sma lagi menghadapi yang namanya UTS.            

          Terkadang bingung sih dengan kurikulum di indonesia dulu kita sebelum mengenal Semester kita pake istilah Caturwulan. Dalam satu tahun masa bakti pendidikan ada dua kali ujian, yaitu ujian akhir semester 1 dan ujian kenaikan kelas atau ujian semester 2. Tapi sekarang ada yang namanya UTS di setiap semester nya, terus apa bedanya sama Caturwulan ? ujian nya sama 4 kalinya kok. Aku juga bingung sama pemerintah bahasa negara lain aja dibuat ujian nasional tapi kenapa bahasa negaranya sendiri malah di hapuskan dari pelajaran.            

           Kembali ke topik, trus kenapa UTS harus diadakan ? padahal kan kita kan sudah pakai sistematika Semester. UTS, apakah hanya modus dari sekolah supaya siswa nya nggak nunggak bayar sekolah? Hayoo..... gimana coba J.
            

           Sudah deh biar itu jadi PR buat pemerintah dan pengurus sekolah, hehehehe.... sampai disini dulu postingannya admin berharap semoga indonesia bisa berbenah supaya bisa lebih baik. INDONESIA BISA ! ^_^